Para demonstran membawa plakat di balik barikade selama protes menentang korupsi dan keputusan pemerintah untuk memblokir beberapa platform media sosial di Kathmandu, Nepal, Senin (8/9/2025). Foto: Navesh Chitrakar/REUTERS
Pena Medan -
Ribuan Gen Z di Nepal turun ke jalan di ibu kota Kathmandu memprotes kebijakan pemerintah melarang media sosial hingga menuntut pemberantasan korupsi.
Penyelenggara demo menyebut aksi ini adalah demonstrasi oleh Gen Z. Menurut mereka, aksi demo ini mencerminkan rasa frustrasi anak muda terhadap kurangnya tindakan pemerintah dalam memberantas korupsi dan meningkatkan peluang ekonomi.
Keputusan pemerintah yang memblokir akses platform media sosial minggu lalu pun semakin memicu kemarahan anak muda. Sementara pemerintah menilai, pelarangan dilakukan karena platform tersebut tidak melakukan pendaftaran, dan juga merupakan upaya untuk menanggulangi hoaks dan ujaran kebencian.
Dalam aksinya, para Gen Z membawa bendera Nepal hingga plakat-plakat yang bertuliskan tuntutan hingga seruan protes terhadap kebijakan pemerintah.
Bahkan, banyak yang membawa plakat bergambar One Piece dalam aksi tersebut. One Piece merupakan komik dan animasi asal Jepang karya Eiichiro Oda, yang menceritakan petualangan bajak laut mencari harta karun dan memberontak pemerintahan negara yang disebut sebagai 'World Government'.
Plakat dengan gambar One Piece itu ditulis dengan berbagai seruan, di antaranya "#WakeUpNepal Gen Z Won't Be Silent" dan "#WakeUpNepal Stop Corrupt Start Act".
Dikutip dari Reuters dan Kumparan, Selasa (9/9), para Gen Z bahkan mencoba masuk ke gedung parlemen dengan menerobos kawat berduri dan blokade polisi. Polisi kemudian mencoba membubarkan demonstran menggunakan water canon, gas air mata, hingga peluru karet.
Sayangnya, aksi demonstrasi menewaskan setidaknya 19 orang. Perdana Menteri Nepal K.P. Sharma Oli mengatakan berduka atas insiden kekerasan yang terjadi saat demo.
"Akibat infiltrasi dari berbagai pihak yang egois," katanya.
Dia mengatakan pemerintah akan memberikan santunan kepada keluarga korban tewas dan menyediakan perawatan gratis bagi korban yang terluka.
"Panel investigasi akan dibentuk untuk mencari tahu penyebabnya, menilai kerugian, dan menyarankan langkah-langkah dalam 15 hari untuk memastikan insiden serupa tidak terulang di masa mendatang," ujarnya.
Sementara itu, otoritas menetapkan jam malam di sejumlah wilayah di Kathmandu. Administrator Distrik Kathmandu, Chhabilal Rijal, mengatakan jam malam diberlakukan untuk menghentikan demonstrasi lebih lanjut.
"Tidak ada protes, pertemuan massa, rapat, atau perkumpulan orang yang diizinkan selama jam malam," katanya. ***