Jepang Krisis Penduduk Usia Produktif, Tenaga Kerja RI Punya Peluang Besar

Ilustrasi pekerja di Jepang. Foto: Richard A. Brooks/AFP

Pena Medan -

Di tengah sepinya desa-desa di Jepang dan menurunnya angka kelahiran, peluang bagi tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia, terbuka semakin lebar. Negara yang dikenal dengan kedisiplinannya itu kini menghadapi tantangan besar: populasi menua yang terus bertambah, sementara generasi muda enggan tinggal di kampung halaman dan memilih hidup di kota besar.

“Demografi Jepang memang kita banyak membaca dan mendengar ya, dari media juga bahwa jumlah, maksudnya angka tingkat harapan hidup orang Jepang itu semakin tinggi. Jepang juga mungkin merupakan salah satu negara yang tingkat urbanisasinya itu paling tinggi di dunia,” ujar Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka, John Tjahjanto Boestami di kantornya, Selasa (11/11).

Fenomena urbanisasi yang pesat membuat banyak daerah suburban dan pedesaan di Jepang menjadi sepi. Generasi muda enggan meneruskan hidup di sana, sementara generasi tua semakin menua. Di sisi lain, angka kelahiran bayi terus menurun setiap tahunnya. Akibatnya, kelompok usia produktif yang diharapkan menggantikan generasi tua kian berkurang.

John menjelaskan, kondisi ini menciptakan gap tenaga kerja yang perlu segera diisi. Menurutnya, ini potensi bagus untuk masyarakat Indonesia bisa bekerja di Negeri Tirai Bambu.

“Nah peluang pasti ada, artinya gap ini, kekosongan ini mestinya bisa diisi oleh tenaga kerja. Kalau tidak ada tenaga kerja dari Jepang ya tentunya Jepang mau tidak mau juga bisa memberikan kesempatan kepada tenaga kerja asing, orang asing (Indonesia) untuk datang tinggal dan bekerja di Jepang,” katanya.

Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka, John Tjahjanto Boestami. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan

Budaya Kerja Ketat dan Disiplin

Bekerja di Jepang bukan hanya soal kesempatan. Ada tanggung jawab dan kesiapan yang harus dipenuhi oleh calon tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia. Jepang dikenal memiliki budaya kerja dan tata aturan yang ketat, sehingga pekerja harus benar-benar siap beradaptasi.

John menekankan pentingnya disiplin, kemampuan, dan kesiapan mental bagi siapa pun yang ingin bekerja di Negeri Sakura.

“Artinya sepanjang kualifikasi ini kita bisa penuhi, mutunya bagus, tenaga kerjanya datang di sini memang untuk bekerja secara baik dan benar, mengikuti aturan dan ketentuan yang berlaku, tidak lupa juga terkait dengan budaya di Jepang yang mungkin berbeda ya dengan negara yang lain atau notabene dengan Indonesia,” ungkapnya.

Pemerintah Indonesia, lanjut John, juga terus memperkuat kerja sama dengan pihak Jepang, termasuk melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia yang menjalankan berbagai program penempatan tenaga kerja luar negeri. Program ini diiringi pelatihan khusus agar calon pekerja siap bersaing dan beradaptasi dengan lingkungan kerja di Jepang.

“Pemerintah terus melakukan hal tersebut dan dari waktu ke waktu kita juga tentunya melihat mekanisme-mekanisme apa, pelatihan yang seperti apa yang cocok diberikan oleh kita kepada calon tenaga kerja atau calon pekerja yang akan datang dan bekerja di Jepang,” jelas John.

Salah satu kualifikasi yang penting, kata dia, adalah kemampuan berbahasa Jepang. Dengan kesiapan yang matang dan kemampuan yang sesuai, tenaga kerja Indonesia berpeluang besar mengisi kekosongan tenaga kerja di Jepang. Tak hanya soal pekerjaan, tetapi juga sebagai bagian dari pertukaran budaya dan kontribusi nyata terhadap hubungan kedua negara.

“Karena untuk bekerja di Jepang tentunya lebih bagus kalau yang bersangkutan bisa berbahasa Jepang, paling tidak untuk tahap dasar, kemampuan dasar berbahasa Jepang,” pungkasnya.



(Sumber: Kumparan)

Baca Juga Brow
Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler

Iklan



Iklan



نموذج الاتصال