Truk yang membawa bantuan untuk Gaza (15/10/2025). Foto: Bashar Taleb/AFP
Israel melarang masuk jarum suntik vaksinasi anak dan botol susu bayi ke Gaza. Keterangan itu disampaikan UNICEF pada Selasa (12/11).
UNICEF menyatakan tindakan Israel membuat mereka kesulitan menjangkau warga yang membutuhkan bantuan tersebut sesegera mungkin.
Saat ini UNICEF tengah menjalankan program vaksinasi massal di Gaza. Program itu digelar di tengah gencatan senjata yang telah disepakati antara Israel dan Hamas.
Menurut UNICEF, mereka membutuhkan 1,6 juta jarum suntik serta lemari es bertenaga surya untuk menyimpan botol vaksin di Gaza. Padahal, izin masuk barang-barang itu telah diajukan ke bea cukai Israel sejak Agustus lalu.
"Baik jarum suntik maupun lemari es dianggap sebagai barang dwiguna oleh Israel, dan barang-barang ini sangat sulit kami dapatkan melalui izin serta inspeksi, padahal kebutuhannya sangat mendesak," kata juru bicara UNICEF Ricardo Pires seperti dikutip Reuters.
Barang dwiguna adalah istilah yang digunakan Israel untuk menandai barang yang berpotensi dipakai baik oleh warga sipil maupun untuk kepentingan militer.
Otoritas Militer Israel di Gaza (COGAT) berdalih mereka tidak melarang masuk barang-barang seperti jarum suntik atau lemari es. Namun, jika barang tersebut dikategorikan sebagai barang dwiguna, maka pemeriksaan ketat dilakukan agar tidak disalahgunakan oleh Hamas.
“Ratusan truk yang membawa makanan, air, bahan bakar, gas, obat-obatan, peralatan medis, tenda, dan perlengkapan tempat tinggal memasuki Jalur Gaza setiap hari, dalam koordinasi erat dengan PBB,” ujar COGAT.
Adapun program vaksinasi massal tahap pertama UNICEF dimulai pada Minggu (9/11) lalu. Mereka menargetkan dapat memvaksinasi 40 ribu anak di bawah usia tiga tahun.
Program vaksinasi dilakukan dalam tiga tahap. UNICEF memberikan vaksin polio, campak, dan pneumonia bagi anak-anak korban perang di Gaza.
(Sumber: Kumparan)
.png)

