Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan sambutan dalam kumparan Green Initiative Conference 2025 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (17/9/2025). Foto: Wahyu
Jakarta, Pena Medan -
Pemerintah tengah menyiapkan langkah besar guna mempercepat transisi energi bersih. Penyaluran listrik melalui tenaga surya jadi salah satu alternatif dalam ekosistem kendaraan listrik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo Subianto menargetkan 80 ribu desa bisa teraliri listrik melalui pembangkit fotovoltaik dalam 3–4 tahun ke depan.
Hal tersebut disampaikan oleh Airlangga saat memberikan pemaparan di acara kumparan Green Initiative Conference yang dihelat di Hotel Borobudur, Rabu (17/9/2025) mengutip Kumparan.
“Bapak Presiden minta agar 80 ribu desa bisa dialiri melalui fotovoltaik karena ingin mempercepat karbon netral kita. Nah sekarang sedang dikaji berapa persen yang di daerah urban, kemudian berapa persen nanti yang skala besar dengan baterai,” kata Airlangga.
Sebagai catatan, fotovoltaik merupakan teknologi yang mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik menggunakan material semikonduktor dalam sel surya. Selanjutnya dirangkai menjadi panel surya.
Nantinya, saat target itu tercapai, kata Airlangga, akan terbentuk ekosistem energi baru yang terintegrasi dengan kendaraan listrik (EV).
Hal tersebut pun diklaim mampu menekan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Selain itu rencana tersebut pun bisa menciptakan permintaan industri hilirisasi mineral strategis seperti nikel, kobalt, dan mangan yang menjadi komponen utama baterai yang memiliki peran menyimpan energi.
“Sehingga kalau dengan demikian hampir seluruh desa bisa teraliri listrik, maka tentunya kita bisa mendorong motor ataupun mobil, atau truk berbasis listrik. Itu yang menjadi target Bapak Presiden ke depan terkait elektrifikasi energi,” jelasnya.
Airlangga menambahkan, biaya energi surya saat ini juga semakin kompetitif. Untuk fotovoltaik direct, harga listrik bisa mencapai rata-rata 5 sen per kWh. Sementara yang menggunakan baterai masih berada di kisaran 5–6 sen per kWh.
“Jadi inilah kalau dengan skill yang tinggi diharapkan ini bisa rendah,” tuturnya.
Langkah ini bukan hanya memperkuat transisi menuju energi terbarukan, tapi juga memberi dorongan signifikan pada percepatan adopsi motor listrik, mobil listrik, hingga kendaraan niaga berbasis baterai di Indonesia. ***