Simak Rahasia Kondisi Tubuh dan Stres yang Bisa Dibaca dari Rambut

Ilustrasi rambut. (dok. Unsplash/Hailey Reed)

Pena Medan -

Rambut adalah bagian tubuh yang sangat pribadi sekaligus menjadi objek perhatian publik. Ia berada di batas antara biologi dan identitas, menjadi simbol budaya, keindahan, dan ekspresi diri.

Menurut Maksim Plikus, ahli biologi sel dari University of California, Irvine, melansir New York Times, Minggu, 19 Oktober 2025, "Kita memiliki sekitar 100.000 folikel rambut di kulit kepala dan lebih banyak lagi di seluruh tubuh. Masing-masing folikel itu seperti printer 3D, tempat tumbuhnya helaian rambut dan pigmen yang memberi warna."

Rambut sebagian besar tersusun dari keratin, protein kuat yang juga membentuk kuku. Namun, rambut bukan hanya benda mati. Ia adalah keajaiban biologis yang berfungsi sebagai sensor bagi otak dan sebagai arsip yang menyimpan rahasia tubuh.

Melalui rambut, para ahli dapat membaca banyak hal tentang kondisi kesehatan kita, mulai dari keseimbangan hormon, tingkat stres, hingga proses regenerasi sel. Rambut tidak hanya memperindah penampilan, tetapi juga menjadi cerminan proses biologis yang terjadi di dalam tubuh setiap hari.

Di dalam setiap folikel rambut terdapat komunitas mikroorganisme yang kompleks. Dr. Ralf Paus dari University of Miami menyebutnya sebagai "kebun binatang mikroba" yang berisi bakteri, virus, dan jamur.

Sama seperti mikrobioma usus, mikrobioma rambut ini membantu melindungi kulit kepala dengan menyingkirkan kuman berbahaya. Menurutnya, mikroba yang hidup di dalam folikel bahkan dapat membantu pertumbuhan rambut dan memengaruhi warnanya.

Rambut juga berperan penting dalam proses penyembuhan luka kecil. Ketika kulit mengalami goresan atau luka ringan, tubuh memanfaatkan sel punca (stem cell) yang berada di folikel rambut untuk bermigrasi ke area luka dan berubah menjadi sel kulit baru.

Dr. Plikus menjelaskan, "Ketika luka sembuh, sel punca itu kembali ke tugas utamanya, yaitu menumbuhkan rambut."

Folikel rambut bekerja seperti detektor gerak yang terhubung ke sistem saraf. Angela Christiano, ahli genetika molekuler dari Columbia University, menjelaskan bahwa saraf di sekitar folikel rambut sangat sensitif terhadap sentuhan. "Jika seekor serangga mendekati mata Anda, bulu mata akan merasakannya dan memicu refleks berkedip," ujarnya.

Sentuhan lembut di rambut bisa menimbulkan rasa nyaman karena sinyalnya mengalir ke pusat emosi di otak, sedangkan mencabut rambut terasa sakit karena menarik folikel yang peka.

Folikel rambut juga memiliki reseptor bau dan rasa pahit yang dapat memengaruhi pertumbuhannya  Menurut Dr. Paus, beberapa aroma tertentu bisa menstimulasi pertumbuhan rambut sementara aroma lain justru menghambatnya.

Selain itu, folikel rambut memiliki jam biologis internal yang bekerja mirip dengan jam di otak. Dr. Luis Garza dari Johns Hopkins Medicine menyebutkan bahwa jam ini mengatur siklus tumbuh, istirahat, dan rontok rambut, sehingga rambut cenderung tumbuh lebih cepat pada pagi hari. Ia menambahkan bahwa di masa depan, sampel rambut mungkin dapat digunakan untuk memantau gangguan tidur karena gen pengatur waktu di folikel mengikuti ritme tubuh selama 24 jam.

Rambut adalah jaringan dengan pertumbuhan tercepat kedua setelah sumsum tulang, sehingga dapat berfungsi sebagai arsip biologis tubuh. Dr. Antonella Tosti dari University of Miami menjelaskan bahwa satu sentimeter rambut merekam data biologis selama sekitar satu bulan. 

Rambut sering digunakan untuk mendeteksi penggunaan obat, keracunan, stres kronis, hingga kepatuhan terhadap pengobatan. Dr. Paus mengatakan, "Folikel rambut ibarat ginjal mini. Ia menyerap senyawa beracun dan menyalurkannya ke batang rambut yang sudah mati."

Namun, proses pertumbuhan cepat ini membutuhkan energi besar. Ketika tubuh sedang sakit atau mengalami stres, sistem akan menghentikan sementara pertumbuhan rambut untuk mengalihkan energi ke organ yang lebih vital. Dr. Christiano menjelaskan bahwa kekurangan nutrisi, gangguan tiroid, demam tinggi, penurunan berat badan drastis, melahirkan, atau operasi besar bisa menyebabkan rambut rontok.

Biasanya, rambut akan tumbuh kembali dalam tiga hingga enam bulan. Secara alami, manusia kehilangan sekitar 50 hingga 100 helai rambut per hari. Seiring bertambahnya usia, rambut yang awalnya halus akan tumbuh lebih tebal, lalu menjadi kasar dan memutih.

Seperti dikatakan Dr. Plikus, "Kita sering menganggapnya remeh karena melihatnya setiap hari, padahal secara ilmiah, rambut adalah keajaiban sejati dari rekayasa alam."




(Sumber: Liputan6)

Baca Juga Brow
Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler

Iklan



Iklan



نموذج الاتصال