Pengunjung Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair) melihat lini motor listrik di booth Honda. Foto: Sena Pratama/kumparan
Jakarta, Pena Medan -
Setelah mundur beberapa kali, pemerintah lewat Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengungkapkan subsidi motor listrik diharapkan terlaksana Agustus tahun ini.
“Insentif kemungkinan Agustus, yang motor ini masih menunggu satu rakor (rapat koordinator) lagi di Kemenko Ekonomi,” ucap Faisol di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada awal pekan bulan ini, Sabtu (12/7) mengutip Kumparan.
Lantas, apakah realisasi tersebut terbilang telat? Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), Hanggoro Ananta coba menanggapinya.
"Kalau dibilang telat itu ya tidak juga, karena ini kan program dari pemerintah. Kita mendukung, tetapi apa pun keputusannya kita tetap siap dukung juga, mudah-mudahan pemerintah bisa ajak Aismoli juga agar bisa komunikasi supaya lebih enak," katanya kepada kumparan.
Hanggoro bilang, segala bentuk bantuan dari pemerintah sangat berarti untuk industri otomotif. Hanya saja, menurutnya tinggal kejelasan dan kepastian wacana tersebut agar dapat diterima dengan baik oleh konsumen maupun pelaku industri.
"Kita selalu sampaikan, kalau memang (subsidi) tidak ada cukup langsung disampaikan saja. Sehingga kita akan coba penjualan motor listrik ini secara organik, kreativitas masing-masing dari brand bagaimana cara mereka memasarkan produknya," paparnya.
Mengenai tantangan penjualan motor listrik sepanjang tahun 2025, ia mengaku mendapat kabar dari beberapa pelaku industri yang alami penurunan performa cukup signifikan dibanding tahun lalu. Saat ini industri disebutnya tengah belajar dari perilaku pasar yang organik.
"Ini sebenarnya sudah sejak awal tahun mereka banyak yang bilang (penjualan) drop hampir 70 persen. Faktornya ya karena kemarin kan ada bantuan pembelian lalu sekarang sedang tidak ada, pasti dari market behavior berbeda," terang Hanggoro.
Menyoal proyeksi target penjualan motor listrik tahun 2025, tak diungkap gamblang olehnya. Hanggoro bilang, belum ada kepastian mengenai pemberian insentif membuat beberapa di antara calon konsumen memilih untuk menunggu atau menunda pembelian.
"Sebenarnya tidak lebih susah, bukan berarti kita tidak jualan sama sekali. Cuma memang karena efek (penundaan subsidi) ini jadinya beberapa ada yang terhambat, tapi lambat laun tetap bisa jualan kok mereka," katanya.
"Bantuan pemerintah itu sangat bagus sekali, seperti di China atau India contohnya dan itu terbukti. India memberikan hingga 10 tahun, pun dengan China, ya meski nanti lambat laun akan berkurang dan semuanya harus organik," jelas Hanggoro.
Sementara itu, Faisol Riza menyebut hingga kini skema pemberian insentif ini masih didiskusikan oleh pemerintah. Hanya saja dia memastikan nilai insentif yang diketok akan sama dengan sebelumnya.
“Skemanya lagi didiskusikan nilai totalnya sama, nilai total insentifnya subsidinya sama. Cuma apakah disamakan dengan skema yang lalu atau ada perubahan atau tidak nanti kita putuskan,” ujar Faisol Riza.
Tahun lalu pemerintah juga mengetuk subsidi untuk masyarakat yang membeli motor listrik. Subsidi berupa potongan dari harga jual sebesar Rp 7 juta. Hal ini untuk mendorong penyerapan dan peralihan kendaraan listrik khususnya roda dua.
Sebelumnya pada Februari lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto juga telah memberi sinyal subsidi motor listrik untuk tahun 2025 akan tetap berlanjut guna percepatan adopsi kendaraan elektrik murni di Indonesia.
“Subsidi (motor listrik) harusnya masih tetap,” ucap Airlangga ditemui di kantor Kemenko Perekonomian di Jakarta pekan ini, dikutip dari Antara.
Menyinggung kepastian jadwal peluncuran program bantuan tersebut, Airlangga menekankan bahwa rencana subsidi sudah mendapat persetujuan dari pemerintah sehingga disebutnya tidak akan mengganggu program lainnya.***