Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (21/7/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Jakarta, Pena Medan -
Pemerintah telah meluncurkan paket kredit investasi sebesar Rp 20 triliun yang ditujukan untuk modernisasi fasilitas produksi di sektor industri padat karya. Namun hingga pertengahan 2025, pemanfaatan kredit tersebut masih sangat minim.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, mengungkapkan skema ini sebenarnya bisa menjadi peluang emas bagi pelaku industri untuk meningkatkan kapasitas produksi dan ekspor. Sayangnya, belum banyak pelaku usaha yang memanfaatkannya.
"Pemerintah itu mempunyai suatu paket untuk kredit Rp 20 triliun yang sudah diluncurkan beberapa waktu yang lalu, tapi pemakaiannya masih sangat kecil. Ini khusus untuk modernisasi dari fasilitas pabrik atau fasilitas produksi," ujar Anindya kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (21/7) mengutip Kumparan.
Menurut dia, keberadaan kredit ini seharusnya menjadi solusi strategis di tengah tren relokasi investasi dari luar negeri ke Indonesia, terutama dari China. Modernisasi mesin dan fasilitas produksi dibutuhkan agar industri dalam negeri bisa bersaing, terutama dari sisi efisiensi biaya.
“Tadi juga disampaikan, untuk marilah kita menggunakan kesempatan ini, di mana kita sedang berlomba-lomba untuk investasi lebih, supaya bisa ekspor lebih, pelanggan kerja bisa tambah. Tapi untuk itu pabrik mesti produktif, karena itu mesti ada modernisasi,” sambungnya.
Anindya juga menekankan relokasi perusahaan asing ke Indonesia akan membawa tantangan baru. “Apalagi dalam era banyak sekali perusahaan-perusahaan dari asing, terutama Cina yang ingin relevansi ke Indonesia. Dan pasti kan karena baru, cost of production akan tinggi,” jelasnya.
Skema Kredit: Bunga Rendah, Plafon hingga Rp 10 Miliar
Adapun, pemerintah telah menyiapkan skema kredit investasi Rp 20 triliun untuk tahun 2025. Dana ini menyasar sektor-sektor industri padat karya seperti pakaian jadi, tekstil, furnitur, alas kaki, kulit dan barang kulit, mainan anak, serta makanan dan minuman.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, program ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk memperkuat industri nasional sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
“Pemerintah menyediakan anggaran subsidi bunga atau marjin yang cukup untuk proyeksi penyaluran skema kredit investasi ini mencapai target penyaluran sebesar Rp 20 triliun pada tahun 2025,” ujar Airlangga dalam keterangan resminya, beberapa waktu lalu.
Skema ini menawarkan pinjaman antara Rp 500 juta hingga Rp 10 miliar dengan suku bunga yang lebih rendah dari kredit komersial. Jangka waktu pinjamannya fleksibel, berkisar antara 5 hingga 8 tahun.
Namun untuk bisa mendapatkannya, pelaku usaha harus memenuhi sejumlah syarat: memiliki usaha yang produktif dan layak, pengalaman minimal 2 tahun, serta mempekerjakan setidaknya 50 tenaga kerja. Pemerintah berharap, revitalisasi pabrik lewat skema ini dapat meningkatkan kapasitas produksi dan menyerap lebih banyak pekerja.
Airlangga menyebut kebijakan ini merupakan bagian dari langkah transformasi industri nasional secara menyeluruh. Selain lewat pembiayaan, pemerintah juga menyiapkan berbagai insentif fiskal, penyederhanaan perizinan, serta peningkatan kualitas SDM dan riset industri.
“Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri nasional, menciptakan lapangan kerja, hingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Airlangga.***